Potensi Rumput Laut di Indonesia
Rumput laut di Indonesia mempunyai nilai ekonomis bagi pemenuhan kebutuhan pangan/gizi, bahan dasar kosmetika dan farmasi, selain untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan sumberdaya hayati laut. Dari segi ekonomi, kegiatan budidaya rumput laut dapat menjadi penyedia lapangan kerja yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Seandainya setengah dari lahan perairan di Indonesia ( 25.000 Ha) dibudidayakan, dengan asumsi per Ha menghasilkan minimal 2.000 kg rumput laut kering, maka dalam waktu 60 hari akan menghasilkan rumput laut kering sebanyak 50.000 ( 300.000 ton/th), padahal saat ini Indonesia hanya menghasilkan antara 30.000 ton s/d 35.000 ton/th, dengan kualitas rumput laut yang sebagian besar masih dibawah kualitas rumput laut yang dihasilkan oleh Philipina.
Kebutuhan Euchema cottonii untuk pabrik dalam negeri sekitar 18.000 ton s/d 20.000 ton/th dan akan terus meningkat pada tahun –tahun mendatang sesuai dengan makin beragamnya penggunaan karaginan di dunia ( Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001) Peningkatan permintaan pasar terhadap rumput laut penghasil karaginan ini juga memacu perkembangan budidaya Euchema di Indonesia, terutama perkembangan budidaya di Bali.
Dengan memasukkan bibit unggul Euchema spinosum dan E.cottonii dari Tambalang –Filipina di tempat pengembangan di lokasi budidaya Pantai Nusa Dua Bali, perkembangan budidaya rumput laut Euchema di Indonesia berkembang dengan baik dengan menggunakan bibit unggul dari Filipina tersebut yang disebarkan de lokasi-lokasi budidaya Euchema di Indonesia antara lain Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Riau, Lampung, Kepulauan Seribu, Bangka Belitung, Karimun Jawa, Madura, Banten, Banyuwangi, Flores. Jenis yang banyak di tanam adalah jenis Euchema cottonii.